Kemarin tanggal 24 Juli. Saya, Shalli (Cina), Zooey dan Cheng (Taiwan), dan Matt (Rumania) mengunjungi Rietveld Schroderhuis di Utrecht untuk tugas kelompok. Pada awalnya kami kira tempat tersebut berada di dekat stasiun Utrecht Centraal, ternyata tempatnya agak terpencil dan berada di antara rumah penduduk sehingga kami harus beberapa kali bertanya dengan warga sekitar. Belakangan baru saya ketahui dulunya rumah ini memang dibangun untuk tempat tinggal keluarga, bukan musium atau sejenisnya. Untuk ukuran rumah tinggal tahun 1920-an bisa dibilang ini merupakan rumah dengan arsitektur yang tak lazim bila dibandingkan dengan rumah lain pada tahun tersebut. Ternyata rumah ini merupakan cikal bakal dari rumah berarsitektur modern.
Sebelum memasuki rumah tersebut, kami diharuskan menggunakan plastik shoes cover agar kebersihan rumah terjaga, dan juga menitipkan tas dan kamera di loker. Kami dipandu oleh seorang pemandu wisata, namun kami diberi kertas keterangan dan juga audio speaker yang berisi tentang keterangan setiap ruangan (sayang ga ada bahasa indonesia-nya) jadi setiap masuk ruangan tinggal pencet nomernya deh yang ada di kertas. (misal: No. 12 : bedroom)
Ini rumah yang lazim pada tahun 1920-an di Belanda |
Ini adalah Ruitveld Schroder House yg dibangun tahun 1920-an |
Rumah ini didesain oleh Gerrit Rietveld untuk Truus Schroder dan 3 anaknya. Gerrit Rietveld dengan pemikiran jeniusnya membuat rumah dengan gaya futuristik dan tentu dengan interior yang lain daripada yang lain. Berikut informasi lebih jelas tentang Rietveld-Schroder House, atau juga yang dikenal sebagai Small White House.
Setelah selesai kami pun memutuskan untuk berpisah. Saya dan Shalli memutuskan untuk pergi ke tengah kota Utrecht, ke jalan Oudegracht. Hari itu sangat panas dan setelah puas berkeliling dan berbelanja kami memutuskan untuk mampir ke salah satu restoran cepat saji. Nah, tiba giliran saya memesan "one regular cola, please" lalu mbak2 nya ngomong sesuatu dalam bahasa Belanda, mungkin mengulang pesanan saya. Kemudian.. "#%j*..#". Haaah? dia berbicara sesuatu seolah bertanya kepada saya. Mungkin ada kayanya sekitar 3 kali dia mengulang kalimatnya dengan aksen dutch yg berat. Sependengaran saya sih dia bilang "Twee or yoo" (twee dlm dutch artinya dua). Saya masih mengira dia ngomong dlm bhs belanda. Kemudian saya bilang "sorry?" dia makin jutek sambil terus bilang kalimat itu sambil bibirnya mencong2. Saya pun menoleh ke Shalli, trus dia bisikin "3 Euro".
Setelah selesai kami pun memutuskan untuk berpisah. Saya dan Shalli memutuskan untuk pergi ke tengah kota Utrecht, ke jalan Oudegracht. Hari itu sangat panas dan setelah puas berkeliling dan berbelanja kami memutuskan untuk mampir ke salah satu restoran cepat saji. Nah, tiba giliran saya memesan "one regular cola, please" lalu mbak2 nya ngomong sesuatu dalam bahasa Belanda, mungkin mengulang pesanan saya. Kemudian.. "#%j*..#". Haaah? dia berbicara sesuatu seolah bertanya kepada saya. Mungkin ada kayanya sekitar 3 kali dia mengulang kalimatnya dengan aksen dutch yg berat. Sependengaran saya sih dia bilang "Twee or yoo" (twee dlm dutch artinya dua). Saya masih mengira dia ngomong dlm bhs belanda. Kemudian saya bilang "sorry?" dia makin jutek sambil terus bilang kalimat itu sambil bibirnya mencong2. Saya pun menoleh ke Shalli, trus dia bisikin "3 Euro".
Ohmaigaaat, ini gue yang bolot apa doi yang aksennya berat banget yaa, eh tapi belanja2 sebelumnya bae-bae aja tuh. haha. Akhirnya saya bayar lalu dia ngasih cola dan sedotan sambil bilang "alstublieft!" jutek gituu. Pas duduk kami cekikikan berdua trus Shalli bilang "I don't understand at first, until she said for two times" lalu kami ketawa2 lagi sambil menirukan "twee or yoo" plus bibir mencong.
Tak terasa ternyata sudah jam 08.00 malam tapi matahari belum terbenam dan masih panas terik. Lalu kami pun pulang dengan menaiki bus 120 yang supirnya masih muda dan kata Shalli mirip Justin Timberlake versi obesitas. Saat itu di bis hanya ada kami berdua dan 2 mahasiswi dari Korea teman sekelas kami, yang bertemu di halte. Kemudian kami beristrahat di bis sampai.. DANG!! Bus yang kami tumpangi berserempetan dengan mobil di lampu merah sampai spion mobil tersebut rusak parah. Aduh musibah apalagi nih?
Setelah menepi keluarlah 2 cowok berwajah latin yang lumayan. Kemudian supir bis kamipun turun. Mereka terlihat beradu argumen sekitar 10 menit. Lalu sang supir bus terlihat menelpon seseorang. Jam menunjukan pukul setengah 9. Supir tersebut masuk kembali ke bis kemudian bilang "neng, ntar ada bis laen yang dateng sekitar 15 menitan lagi, tunggu aje ye neng" kira-kira seperti itulah dalam versi metromini.
Ngga lama kemudian datanglah polisi yang mirip Richard Gere dan polwan.
Si supir bis menjelaskan sambil nunjuk2 lampu merah, 2 pemuda tadi ngga mau kalah. Akhirnya pak polisi mengeluarkan semacam kertas dan 2 pemuda tersebut yang disuruh ngisi. Kemudian bis 120 yang lain pun datang dan kami meneruskan perjalanan pulang.
Kami sampai di kampus sekitar jam 9.15 malam. Untung masih terang. Capek sih hari ini, panas lagi. Ditambah insiden "twee or yoo" dan bang justin kw 9. Tapi menyenangkan, dapet postcard banyak, main ke Dom Tower dan sekitarnya. Meskipun pengalamannya ngga cakep2 amat, tapi justru itulah yang pasti selalu diingat2. hehe
dom tower |
jalan menuju dorm |
my dorm |